
Yang tak kalah popular kini adalah Tumbuhan SARANG SEMUT.
Sarang semut yang telah dikenal oleh masyarakat luas adalah
sarang semut berupa lubang-lubang di tanah, bangunan atau daun-daun di pohon
yang dibuat sendiri oleh koloni semut tertentu, bisa semut merah, rangkang,
semut hitam, atau semut putih. Namun batasan sarang semut yang dimaksud di sini
bukan seperti itu. SARANG SEMUT adalah tumbuhan epifit yang menempel di
pohon-pohon besar yang batang bagian bawahnya menggelembung berisi
rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu.
Sarang semut merupakan tumbuhan dari Hydnophytinae
(Rubiaceae) yang berasosiasi dengan semut. Tumbuhan ini bersifat epifit, artinya
menempel pada tumbuhan lain. Tak seperti benalu yang bersifat parasit terhadap
inangnya, sarang semut sebaliknya hanya numpang hidup pada inang dengan cara
menempel. Ketenaran sarang semut Papua yang kemudian membuat kami di wilayah
Sulawesi Utara, melakukan penjelajahan, mengingat wilayah kami adalah daerah
pesisir, sesuai dengan tipikal habitat pertumbuhan sarang semut seperti di
Papua. Rasa penasaran terhadap adanya kemungkinan penyebaran sarang semut di
pesisir Sulawesi, kemudian membawa hasil dengan ditemukannya populasi tanaman
ini khususnya jenis Myr pendans.
Cerita Mona Pangkey yang sembuh total dari Tumor merupakan
cikal bakal khasiat tumbuhan sarang semut. Ini kemudian yang membawa masyarakat
seantero Papua berbondong-bondong memanfaatkan ekstrak rebusan sarang semut
ini, untuk penyembuhan penyakit ringan maupun yang sudah tergolong kelas berat.
Secara mengejutkan, banyak di antara penyakit kronis mampu ditangkal oleh
tumbuhan ini. Seperti yang diceritakan
dalam majalah Trubus, penyakit-penyakit lain yang berhasil diatasi oleh kerabat
kacapiring itu antara lain bronkitis, diabetes mellitus, hipertensi, jantung
koroner, dan stroke.
Mereka merubah bongkahan/irisan sarang semut menjadi
ekstrak rebusan yang secara rutin merek konsumsi.
Melihat fenomena ini, tentu membuat para ilmuan penasaran
sehingga dilakukanlah berbagai penelitian, baik itu di Indonesia bahkan di
Asia. Para peneliti negeri jiran, Qui Kim Tran dari University National of
Hochiminch City dan koleganya seperti Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun
Hari Banskota membuktikannya melalui serangkai riset ilmiah.
Dalam uji in
vitro, anggota famili Rubiaceae itu terbukti manjur atasi sel kanker. di
Vietnam tepatnya Provinsi Angiang dan Provinsi Lamdong, sarang semut secara
tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit seperti hepatitis,
keputihan, malaria, dan rematik.
Lalu apa
keistimewaan sarang semut hingga membuat gempar para ilmuan Asia?
Sesuai dengan judul artikel ini, maka kami ingin menjelaskan
bagaimana ‘The power of Flavonoid’; kandungan Flavonoid dalam tumbuhan sarang
semut yang terbukti ampuh melawan sel-sel kanker.
Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan
Farmasi Universitas Indonesia, tanaman epifit seperti sarang semut memang
potensial sebagai obat. Jika tanaman hidup bersimbiosis dengan tanaman lain,
kaya metabolit sekunder. Ada yang berasal dari tanaman inang maupun epifit itu
sendiri, ujar Sumali. Semua makhluk memiliki metabolit primer yang sangat
dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan asam lemak. Sedangkan
metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida tak
mutlak ada.
Uji penapisan yang dilakukan oleh Dr Muhammad Ahkam Subroto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi membuktikan, sarang semut mengandung flavonoid dan tanin.
Dengan ditemukannya senyawa flavonoid dan
tanin, sarang semut sangat berpotensi menjadi fitofar setelah melewati
serangkaian uji, ujar Prof Dr Sidik, guru besar Farmakologi Universitas
Padjadjaran.
Flavonoid, juga dikenal sebagai bioflavonoid adalah kelas
phytochemical yang hanya bisa disintesis oleh tanaman. Seperti telah
disebutkan, flavonoid hanya bisa ditemukan dalam makanan yang berasal dari
tumbuhan. Flavanoid terdapat dalam jumlah melimpah pada sejumlah besar
buah-buahan dan sayuran.
Flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan dan
berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek
kerusakan pada sel dan jaringan tubuh.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil
akibat telah kehilangan elektron. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi
kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi
apoptosis. Sumali Wiryowidagdo, mengingatkan untuk tak terlalu lama ketika
merebus sarang semut. Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak.
Kalau dilakukan perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit,
ujarnya. Flavonoid sebagai antioksidan membantu menetralisir dan menstabilkan
radikal bebas sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan jaringan sehat.
Pada gilirannya, flavonoid memberikan perlindungan terhadap
sejumlah penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, tumor, dll.
Flavonoid juga membantu mencegah aterosklerosis atau
penyakit yang ditandai dengan pengendapan lemak dalam dinding arteri.
Ini baru sebagian kecil penjelasan dari rentetan khasiat
sarang semut, sehingga wajar saja jika kita menempatkan tanaman ini pada rating
tertinggi.
REKOMENDASI BACA :
SARANG SEMUT VERSUS KANKER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar