EKSTRAK SARANG SEMUT : THE POWER OF ‘FLAVONOID’


Popularitas tanaman obat sangat identik dengan Propinsi papua. Tak heran jika banyak di antara tanaman herbal yang berkhasiat sebagai obat mendadak tenar di Papua. Kita bisa dengart bagaimana buah merah dan mahkota dewa, begitu dikenal berasal dari koleksi tanaman hutan Papua. Sejak tahun 2000 dan hingga saat ini herbal-herbal tersebut masih terus dibicarakan dan digunakan oleh masyarakat luas, bahkan sampai ke luar negeri.
Yang tak kalah popular kini adalah Tumbuhan SARANG SEMUT.
Sarang semut yang telah dikenal oleh masyarakat luas adalah sarang semut berupa lubang-lubang di tanah, bangunan atau daun-daun di pohon yang dibuat sendiri oleh koloni semut tertentu, bisa semut merah, rangkang, semut hitam, atau semut putih. Namun batasan sarang semut yang dimaksud di sini bukan seperti itu. SARANG SEMUT adalah tumbuhan epifit yang menempel di pohon-pohon besar yang batang bagian bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu.

Sarang semut merupakan tumbuhan dari Hydnophytinae (Rubiaceae) yang berasosiasi dengan semut. Tumbuhan ini bersifat epifit, artinya menempel pada tumbuhan lain. Tak seperti benalu yang bersifat parasit terhadap inangnya, sarang semut sebaliknya hanya numpang hidup pada inang dengan cara menempel. Ketenaran sarang semut Papua yang kemudian membuat kami di wilayah Sulawesi Utara, melakukan penjelajahan, mengingat wilayah kami adalah daerah pesisir, sesuai dengan tipikal habitat pertumbuhan sarang semut seperti di Papua. Rasa penasaran terhadap adanya kemungkinan penyebaran sarang semut di pesisir Sulawesi, kemudian membawa hasil dengan ditemukannya populasi tanaman ini khususnya jenis Myr pendans.

Cerita Mona Pangkey yang sembuh total dari Tumor merupakan cikal bakal khasiat tumbuhan sarang semut. Ini kemudian yang membawa masyarakat seantero Papua berbondong-bondong memanfaatkan ekstrak rebusan sarang semut ini, untuk penyembuhan penyakit ringan maupun yang sudah tergolong kelas berat. Secara mengejutkan, banyak di antara penyakit kronis mampu ditangkal oleh tumbuhan ini.  Seperti yang diceritakan dalam majalah Trubus, penyakit-penyakit lain yang berhasil diatasi oleh kerabat kacapiring itu antara lain bronkitis, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke. 

Mereka merubah bongkahan/irisan sarang semut menjadi ekstrak rebusan yang secara rutin merek konsumsi.
Melihat fenomena ini, tentu membuat para ilmuan penasaran sehingga dilakukanlah berbagai penelitian, baik itu di Indonesia bahkan di Asia. Para peneliti negeri jiran, Qui Kim Tran dari University National of Hochiminch City dan koleganya seperti Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari Banskota membuktikannya melalui serangkai riset ilmiah. 

Dalam uji in vitro, anggota famili Rubiaceae itu terbukti manjur atasi sel kanker. di Vietnam tepatnya Provinsi Angiang dan Provinsi Lamdong, sarang semut secara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit seperti hepatitis, keputihan, malaria, dan rematik.
Lalu apa keistimewaan sarang semut hingga membuat gempar para ilmuan Asia?
Sesuai dengan judul artikel ini, maka kami ingin menjelaskan bagaimana ‘The power of Flavonoid’; kandungan Flavonoid dalam tumbuhan sarang semut yang terbukti ampuh melawan sel-sel kanker.
Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, tanaman epifit seperti sarang semut memang potensial sebagai obat. Jika tanaman hidup bersimbiosis dengan tanaman lain, kaya metabolit sekunder. Ada yang berasal dari tanaman inang maupun epifit itu sendiri, ujar Sumali. Semua makhluk memiliki metabolit primer yang sangat dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan asam lemak. Sedangkan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida tak mutlak ada. 

Uji penapisan yang dilakukan oleh Dr Muhammad Ahkam Subroto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi membuktikan, sarang semut mengandung flavonoid dan tanin. 

Dengan ditemukannya senyawa flavonoid dan tanin, sarang semut sangat berpotensi menjadi fitofar setelah melewati serangkaian uji, ujar Prof Dr Sidik, guru besar Farmakologi Universitas Padjadjaran.
Flavonoid, juga dikenal sebagai bioflavonoid adalah kelas phytochemical yang hanya bisa disintesis oleh tanaman. Seperti telah disebutkan, flavonoid hanya bisa ditemukan dalam makanan yang berasal dari tumbuhan. Flavanoid terdapat dalam jumlah melimpah pada sejumlah besar buah-buahan dan sayuran.

Flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan jaringan tubuh.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil akibat telah kehilangan elektron. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi apoptosis. Sumali Wiryowidagdo, mengingatkan untuk tak terlalu lama ketika merebus sarang semut. Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak. Kalau dilakukan perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit, ujarnya. Flavonoid sebagai antioksidan membantu menetralisir dan menstabilkan radikal bebas sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan jaringan sehat.
Pada gilirannya, flavonoid memberikan perlindungan terhadap sejumlah penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, tumor, dll.

Flavonoid juga membantu mencegah aterosklerosis atau penyakit yang ditandai dengan pengendapan lemak dalam dinding arteri.
Ini baru sebagian kecil penjelasan dari rentetan khasiat sarang semut, sehingga wajar saja jika kita menempatkan tanaman ini pada rating tertinggi.

REKOMENDASI BACA : SARANG SEMUT VERSUS KANKER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar